Sebagaimana dilansir Middle East Monitor (29/6/2015), Mesir dan Otoritas Palestina (PA) mendorong berlanjutnya serangan Israel di Gaza. Demikian sebagaimana diberitakan oleh koran Yordania Al-Sabeel kemarin mengutip Menteri Pendidikan Israel dan Ketua Partai Naftali Bennett.
Menggambarkan sambutannya itu, Al-Sabeel melaporkan betapa mengejutkan Bennett ketika berbicara kepada TV Israel Channel 2.
Dia mengatakan, Israel harus mengubah cara saat berurusan dengan situasi di Gaza. Dia menyerukan sebuah inisiatif internasional untuk membangun kembali Jalur Gaza dengan imbalan penghentian pengembangan senjata untuk kelompok perlawanan Palestina.
Menteri ekstremis itu mengatakan bahwa Otoritas Palestina dan Mesir tidak tertarik dengan Jalur Gaza. Keduanya menginginkan wilayah itu diserang sepanjang waktu. Mereka juga tidak tertarik jika tentara Israel ada yang mati di sana.
Bennett menambahkan bahwa pilihan untuk tindakan keras terhadap Hamas di Gaza saat ini tidak tersedia. Dia keberatan dengan hal ini dan bersikeras bahwa hal itu harus tetap dalam agenda.
Dia menambahkan bahwa solusi yang baik untuk Jalur Gaza harus diusulkan. Hal ini bisa melalui rekonstruksi fasilitas sipil di Gaza.
Menteri itu mengatakan tidak keberatan dengan gagasan untuk membangun sebuah pelabuhan di Gaza di bawah pengawasan internasional. Dia pun mengatakan usulan tersebut akan dibahas di Dewan Menteri.
Memperhatikan tindakan pejabat institusi Yahudi itu, juga memperhatikan perilaku buruk Mesir dan Otoritas Palestina di atas, nyata sekali sejumlah perkara di antaranya: Pertama, institusi Yahudi di Palestina itu tetap menunjukkan wajahnya yang asli, yakni jahat sekaligus licik. Jahat karena telah puluhan bahkan ratusan kali institusi Yahudi itu menyerang dengan membantai umat Islam dan menghancurkan berbagai fasilitas mereka di Jalur Gaza khususnya dan di wilayah Palestina umumnya. Licik karena mereka menjadikan pembangunan kembali Jalur Gaza—yang notabene merekalah pelaku penghancurannya itu—sebagai bahan negosiasi dengan tujuan untuk melemahkan bahkan menghapuskan perlawanan rakyat Palestina terjadap institusi Yahudi itu.
Kedua, makin jelas dukungan Mesir dan Otoritas Palestina terhadap institusi Yahudi itu. Ini sekaligus menunjukkan makin jelasnya pengkhianatan mereka terhadap Allah SWT, Rasul-Nya dan umat Islam yang selama ini mungkin samar bagi sebagian orang.
Ketiga, makin jelas pula bahwa persoalan Palestina bukan semata-mata pendudukan dan penjajahan institusi Yahudi atas Palestina, tetapi juga karena pengkhianatan para penguasa dan pemimpin Arab, bukan hanya Otoritas Palestina dan Mesir, tetapi juga Yordania, Libanon dan yang lainnya yang nyata-nyata terus membiarkan pendudukan dan penjajahan institusi Yahudi itu atas Bumi Palestina. Padahal banyak umat Islam tertindas, di Palestina, yakni di al-Quds, terdapat pula Masjidil Aqsha yang amat dimuliakan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, yang saat ini tetap berada dalam cengkeraman institudi Yahudi.
Keempat, pengkhianatan para penguasa Arab itu—yang tampak abai terhadap masalah Palestina—itulah di antaranya yang menjadikan institusi Yahudi makin berani secara terus-menerus mengangkangi Palestina.
Kelima, hanya Khilafahlah yang bakal sanggup mengusir bahkan memusnahkan institusi Yahudi di Bumi Palestina, sebagaimana dulu Rasullullah saw.—yang notabene saat itu telah menjadi kepala Negara Islam—mengusir mereka semuanya dari Madinah sebagai konsekuensi atas pengkhianatan mereka. Khilafahlah—dengan syariahnya—yang bakal sanggup menyelesaikan persoalan Palestina secara tuntas, juga berbagai persoalan yang menimpa umat Islam saat ini. [arif]
Label: hizbut tahrir, hizbut tahrir indonesia, HTI, politik